Gak Usah Ngurus Ijazah Palsu, Gak Penting, Mending Fokus Saja ke Yang Lain!

Belakangan muncul orang-orang yang seolah-olah bijak memberikan nasihat. Katanya, tak penting membahas ijazah palsu Jokowi. Masih ada yang lain yang lebih penting.

Persis seperti iblis yang sok bijak menasihati Adam dan Hawa untuk makan buah khuldi. Dalihnya, agar Adam dan Hawa kekal di surga. Tetapi faktanya malah menjerumuskan.

Setelah ditelusuri, dalam isu-isu lainnya yang penting, orang-orang yang sok bijak ini, ternyata tak pernah hadir. Misalnya, di kasus kezaliman perampasan tanah rakyat Banten, perampasan tanah rakyat di Rempang, kasus Korupsi IKN, dan seterusnya.

Lisan dan tulisan mereka, hanya tajam kepada orang-orang yang sedang berjuang bertaruh nyawa, membela bangsa dan rakyatnya, sesuai pandangannya, seperti dalam kasus ijazah palsu Jokowi. Lihatlah, sosok Rizal Fadilah dan Kurnia Tri Royani, juga Dr Rismon Hasiholan Sianipar, Dr Roy Suryo dan dr Tifa. Mereka, begitu gigih berjuang keras membongkar ijazah palsu Jokowi.

Mereka bukan cuma omon-omon. Mereka turun ke lapangan, bersama banyak elemen anak bangsa lainnya. Mereka, tidak cuma sibuk chating di grup W-A.

Tapi sayang, ada yang mendelegitimasi meniru gaya Irma Chaniago, politisi NasDem yang dari dulu memang pendukung berat Jokowi.

Ada juga, yang sok bijak, seolah dia sudah berjuang habis-habisan membela rakyat, lalu menganggap enteng perjuangan pihak lain yang terus melawan kebohongan ijazah palsu Jokowi.

Aktivis dakwah juga ada yang ikut taklid buta. Mendeligitimasi perjuangan melawan ijazah palsu Jokowi. Seolah-olah, pemalsuan ijazah adalah aktivitas ma’ruf atau kebaikan.

Padahal, mereka juga menjadi korban kezaliman Jokowi. Dakwah dakwah yang mereka lakukan di era Jokowi, selalu diganggu dan ditekan dengan represif.

Padahal mereka juga tak yakin bahwa ijazah Jokowi asli. Mereka tak pernah melihat barangnya. Dan mereka, sebenarnya juga yakin, bahwa Jokowi pembohong, sebagaimana telah dikenal publik.

Ada juga, sebagian orang yang meyakini ijazah Jokowi asli, meskipun tak pernah melihat, juga tak pernah melakukan tes laboratorium forensik. Lalu, menganggap yang berjuang menuntut kejujuran, sebagai hal tak penting.

Dari sisi motif, tak penting perjuangan diapresiasi atau tidak. Karena berjuang, hanya untuk meraih ridlo Allah SWT.

Hanya saja, bagi yang tak sependapat dengan perjuangan melawan ijazah palsu Jokowi, semestinya diam. Kalau pun bersuara, BERSUARA lah untuk mengungkapnya. Bukan mendelegitimasi perjuangan.

Kadang-kadang, untuk menutupi kepecundangan dan sikap hipokrit, mereka menyepelekan perjuangan orang lain dianggap lebih hebat, ketimbang ikut bertarung nyawa melawan kezaliman rezim Jokowi.

Ingat! Ini bukan sekadar ijazah, melainkan ijazah yang dijadikan syarat Jokowi berkuasa dan melakukan kezaliman kepada rakyat Indonesia, selama 10 tahun dan masih terus dilanjutkan hingga saat ini, meskipun secara de jure tidak lagi berkuasa.

Entah sampai kapan Jokowi sembuh dari candu kekuasaan.

Tak pernah ada presiden presiden sebelumnya yang selincah Jokowi usai lengser. Jokowi masih terus mengumpulkan para loyalisnya, mulai dari bos preman, menteri aktif, dan pimpinan Polri.

Seluruh aktivitasnya berhasil menutupi dugaan kepalsuan ijazahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *